Menyeimbangkan produksi, konservasi hutan, mata pencaharian yang berkelanjutan, serta praktik sosial dan ketenagakerjaan yang baik dalam skala besar.
Aceh adalah rumah bagi Ekosistem Leuser yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati, yang sering disebut sebagai "Tempat Terakhir di Bumi". Lanskap ini merupakan tempat terakhir di Bumi di mana orangutan, harimau, gajah, dan badak dapat hidup berdampingan. Ekosistem Leuser juga merupakan rumah bagi beberapa hutan tropis alam terakhir di dunia dan area luas lahan gambut yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang penting.
Terdapat beberapa tantangan di lanskap Aceh yang perlu dihadapi melalui aksi kolektif. Earthworm berupaya memanfaatkan hubungan yang sudah ada dengan perusahaan multinasional yang mengolah bahan mentah dari daerah-daerah ini. Perusahaan-perusahaan ini dapat secara efektif mendorong pemasok untuk mengubah penggunaan lahan mereka dan mendukung komunitas pedesaan dalam menemukan sumber pendapatan alternatif.
Lanskap Aceh termasuk dalam daftar Consumer Goods Forum – Forest Positive Coalition dan berkontribusi pada Strategi Lanskap. Lanskap ini juga ditampilkan di SourceUp, sebuah platform daring yang menghubungkan pembeli dan pemangku kepentingan dalam rantai pasok komoditas pertanian dengan inisiatif lanskap dan yurisdiksi di area produksi.
Proyek ini dipantau dan dievaluasi secara sistematis setiap kuartal dan tahunan, menggunakan Global Impact Framework Tool (GIFT) yang disusun oleh Earthworm.
3 Rencana Aksi Kolektif telah diimplementasikan di tingkat kabupaten/kota, melibatkan 20 pemangku kepentingan di Subulussalam, Aceh Singkil, dan Aceh Selatan. Selain itu, pertimbangan NDPE telah secara formal dimasukkan dalam rencana tata ruang, pembuatan kebijakan, dan implementasi di tingkat kabupaten/kota.
Area seluas 74.422,95 hektar telah disetujui untuk dilindungi melalui Perencanaan Penggunaan Lahan Partisipatif (PLUP), termasuk 26.224 hektar hutan yang dilindungi melalui 12 peraturan desa. Sebanyak 28 desa telah difasilitasi untuk melakukan PLUP. Selain itu, 10.075 hektar di dalam 38 konsesi juga dilindungi. Sebanyak 48.745 bibit telah ditanam di area seluas 274,05 hektar, dan 11 Organisasi Berbasis Masyarakat dari 11 desa telah mengimplementasikan aksi perlindungan hutan. Lebih dari 60 pemangku kepentingan terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan.
Sebanyak 1.273 petani telah terlatih mengenai praktik pertanian yang baik untuk kelapa sawit. Tiga unit bisnis petani telah didirikan sebagai upaya penghidupan alternatif, dan 410 petani menerima bantuan teknis terkait diversifikasi mata pencaharian.
Sebanyak 40 desa telah terlibat melalui pemetaan partisipatif dan studi hak atas tanah (PM-LTS). Lima konflik antara komunitas dan perusahaan sedang difasilitasi untuk resolusi.
Sebanyak 2.248 pekerja di 6 perusahaan mengalami perbaikan kondisi kerja.
Masyarakat Sipil
Melibatkan aktor lokal, menyediakan pembangunan kapasitas dan pelatihan, serta memfasilitasi kolaborasi multipuhak.
Pemerintah
Menyediakan sumber daya manusia dan kerangka operasional untuk mendukung perlindungan hutan dan kawasan lindung.
Sektor Swasta
Melaksanakan komitmen NDPE dalam rantai pasok dan berpartisipasi dalam kegiatan transformasi di tingkat lanskap.
Mitra Lapangan
Ketua Lanskap
Manajer Lanskap Aceh
Manajer Hutan dan Karbon
Koordinator Sosial dan Pelibatan Pihak
Koordinator Hutan
Koordinator Mata Pencaharian
Selain tim yang berada di lapangan, spesialis teknis di Indonesia juga berperan penting dalam mendukung dan mengembangkan inisiatif lanskap.
Aceh merupakan salah satu ekosistem utama di mana Earthworm Foundation bekerja dengan pendekatan lanskapnya.
Klik ikon untuk mempelajari lebih lanjut tentang kerja Earthworm pada sektor komoditas ini